Selama Ini Terimakasih Tuhan Engkau Ciptakan Imajinasi

Nur Sabilly
4 min readFeb 28, 2021

--

Photo by Vincentiu Solomon on Unsplash

Sudah berapa kali aku mengadu kepada bapak ibu bahwa habis sudah uang sakuku.

Sudah berapa kali aku mengadu kepada teman terhebatku bahwa aku butuh punggungnya untuk menggendongku.

Sudah berapa kali aku mengadu kepada Tuhanku bahwa aku ingin dia bahagia selalu.

Sepintas, apakah tiga aduan itu benar hanya aku yang mampu mengaku?

Lupakan kalimat-kalimat pengantar di atas yang seolah-olah menggambarkan bahwa penulis adalah seorang yang hanya mampu mengadu. Tapi, jika Anda memiliki praduga itu penulis tidak akan menyangkal sepenuhnya. Praduga itu muncul dari buah pikiran Anda sebagai reaksi atas sinyal yang berasal dari indera penglihatan.

Ketika Anda merasakan lapar kadar glukosa atau gula di dalam darah menipis. Anda tidak perlu menunggu proses pengolahan informasi lapar dalam waktu yang lama, melainkan dengan cepat Anda segera pergi ke dapur, membuka tudung saji di atas meja makan, dan tangan Anda mengambil makanan yang disediakan di bawah tudung saji itu. Ini logika sederhana yang sering dijadikan contoh untuk menunjukkan bahwa urutan aksi manusia bergantung pada organ kecil maha hebat yang dapat bertindak secara sadar dan tak sadar.

Penulis bahkan tak malu mengatakan frasa— yang disebut oleh mayoritas orang — paling klise, “Aku mencintaimu.” Sebuah kalimat yang bisa bermakna luas, apa saja. Bagi seorang laki-laki pengembara, frasa itu dapat diganti menjadi, “Mari bersenggama denganku.” Bagi seorang perempuan yang siap menjadi ibu, frasa itu akan jauh lebih tepat bila diganti menjadi, “Tolong, jadilah ayah dan suami yang baik untukku dan anak-anakmu.” Lantas, apa makna aku mencintaimu? Apa itu cinta? Apakah bentuk hati pada kartu bridge adalah benar wujud nyatanya? Tidak.

Lapar dan cinta adalah sebuah konsep yang ada di dalam otak manusia. Berdasarkan ilmu eksakta, mungkin psikologi, perasaan nyaman yang dirasakan oleh manusia akibat kerja sejumlah senyawa kimia yang disebut hormon adalah cinta. Maksud dari perasaan nyaman ini bukan hanya nyaman yang sebenarnya. Bahagia karena selalu bersama keluarga, marah karena dikecewakan pasangan, cemburu karena ibu membanggakan saudaranya, dan tekad untuk membunuh suami sendiri yang menyakiti perasaan dirinya, semuanya adalah bagian dari cinta.

Penulis adalah seorang yang malas membaca artikel dan jurnal ilmiah biologi, medis, apalagi kimia. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, cinta adalah serangkaian transfer sinyal melalui jaringan-jaringan tipis di dalam bagian-bagian otak. Penulis menggambarkan seolah-olah itu adalah hal yang sederhana. Tapi apakah memang sesederhana itu? Tentu tidak. Bila ditelaah lebih jauh cinta melibatkan ribuan bahkan jutaan mekanisme yang kompleks dan rumit. Memang begitu apa yang disampaikan oleh Prof. Remir Zeki berdasarkan hasil penelitiannya. Komposisi cinta terdiri dari berbagai macam perasaan manusiawi seperti birahi, amarah, cemburu, sedih, ego, senang, dan yang lainnya. Persentase satuan komponen penyusun cinta berbeda-beda tiap otak yang artinya berbeda-beda tiap manusia. Perbedaan itu terjadi karena lingkungan seperti apa yang menjadi tempat tinggalnya, otak seperti apa yang menjadi pengolah informasi miliknya, dan orang seperti apa yang menjadi teman semasa hidupnya. Singkatnya, tiga hal itu adalah penyumbang terbesar kemampuan pengolahan informasi otak manusia.

Intinya, cinta adalah sesuatu yang dihasilkan dari otak, organ paling vital selain organ pemompa darah dan organ penyaring udara. Manusia dengan bagian-bagian otak yang bermasalah atau bahkan rusak, penulis dengan hormat sampaikan bela sungkawa kepadanya karena tidak dapat lagi merasakan cinta.

Sudah cukup membahas cinta. Penulis mencoba mengajak Anda untuk sedikit menggunakan otak Anda untuk berpikir. Bagaimana dengan konsep penghormatan, kesetiaan, kebanggaan, atau hal-hal lainnya? Tekstual dan singkat, penulis katakan bahwa hal-hal tersebut adalah hal-hal imajiner — konsep-konsep abstrak yang lagi-lagi dihasilkan dari organ paling egois sekaligus unik — otak manusia.

Sekarang penulis mencoba bertanya kepada Anda. Apakah Anda bersedia mati tertembak jika suatu saat nanti bangsa Indonesia berperang dengan negara tetangga? Apakah Anda bersedia menahan lapar jika orang yang paling Anda hormati melarang Anda makan? Apakah Anda bersedia mati kelelahan demi mencari rezeki untuk membeli susu anak Anda nanti? Jawaban iya adalah dari mereka manusia-manusia yang di dalam otaknya termanipulasi konsep-konsep abstrak yang penulis sampaikan tadi. Sebagai contoh, berapa banyak orang rela mati berperang demi imaji surga di dalam pikirannya? Ada berapa orang Indonesia yang menyerang akun instagram Microsoft karena mempercayai satu status? Mereka semua adalah korban sekaligus pelaku.

Penulis juga bodoh. Bukan hanya penulis, mungkin juga Anda. Tertipu oleh konsep abstrak dari manusia lain yang bahkan penulis tak tahu siapa namanya dan dimana dia tinggal. Uang. Benda yang lebih tajam daripada pisau, lebih kuat daripada peluru, lebih berkuasa daripada seorang presiden. Orang mau memberi Anda barang apa yang Anda mau, memijat tubuh Anda yang pegal, memberi Anda layanan seksual, semuanya demi konsep abstrak dan benda imajiner — sederet angka-angka di atas kertas maupun di layar digital komputer.

Semua tindakan yang dilakukan oleh penulis dan Anda berasal dari konsep abstrak dan hasil imajinasi di dalam otak, organ kecil yang bahkan tak jauh lebih besar dari semangkuk mie instan. Sangkaan dan praduga. Anda dan penulis sebagai manusia percaya konsep itu nyata bahkan lebih nyata dari barang yang Anda lihat di depan Anda. Cinta, kehormatan, kebanggan, uang, bahkan Tuhan adalah produk-produk reaksi biokimia kata Kang Hasan Abdurrakhman, seorang alumni dari Universitas di Jepang yang juga menulis. Penulis setuju dengan pendapat beliau.

Penulis bersyukur pada hasil sangkaan dan imajinasi yang disebut Tuhan telah menciptakan imajinasi dan sangkaan itu sendiri karena dengan itu penulis dapat hidup sebagai makhluk yang sempurna, manusia. Semoga Anda tidak berpraduga penulis sebagai orang yang tak memiliki otak karena percaya pada konsep abstrak.

Konsep abstrak dan imajiner hasil reaksi biokimia penuh ilusi dan praduga-praduga manusia lain yang menyebut diri mereka saintis, yang membuat penulis secara naluriah menulis karena perasaan cinta pada Tuhan dan perempuan idamannya.

--

--

Nur Sabilly

Full Stack Web Developer. Arch Linux User. Learn, Share, Socialize.